Sistem Buku Besar Umum,
Sistem Pelaporan Keuangan, dan Sistem Pelaporan Manajemen
Pada
pembahasan ini akan membahas mengenai Sistem Buku Besar Umum (General
Ledger System), Sistem Pelaporan Keuangan (Financial Reporting System), dan
Sistem Pelaporan manajemen (Management Reporting System).
A. Skema
Pengkodean Data
Semua
aplikasi dalam SIA menggunakan kode-kode untuk mewakili aspek-aspek dari suatu
aktivitas ekonomi. Secara khusus, pengkodean pentik pada bagia sistem GLS
(General Ledger System) yang merupakan pusat atau titik poin dimana seluruh
subsistem SIA berkumpul. Semua arus informasi subsistem tersebut berpusat ke
GLS.
Arus
– arus tersebut harus di organisasikan secara efisien dalam mendukun
operasional bisnis. Pengkodean merupakan salah satu metode yang digunakan dalam
mengatasi hal tersebut, dan GLS merupakan tempat pengaplikasian nya.
Sebuah sistem tanpa kode.
Sebuah
sistem jika tidak menggunakan kode, akan memerlukan ruang pencatatan yang luas,
memakan waktu mencatat, resiko terjadi kesalahan besar. Berikut efek negatif
bagi perusahaan jika tidak melakukan pengkodean dilihat dari beberapa
subsistemnya :
a.
Penjualan.
Dalam mengidentifikasi barang-barang yang dijual memerlukan rincian yang banyak
ke dokumen sumber, hal ini membuat pengiriman barang menjadi beresiko terjadi
kesalahan.
b.
Gudang.
Para pekerja gudang dalam menempatkan dan mengambil barang jadi kesulitan dan
membuat pengiriman terhambat juga sering kali terjadi salah pengiriman barang.
c.
Akuntansi.
Dalam mempostingkan akun-akun ke buku besar akan memerlukan pencarian file-file
yang keterangannya cukup panjang sebagai kuncinya. Hal ini akan memperlambat
proses posting dan sering terjadi kesalahan posting.
Sebuah sistem dengan kode.
Dengan
menggunakan kode-kode dalam akunnya, akan memudahka dalam proses posting dan
membuat lebih efisien dan efektif. Sebagai contoh :
AKUN DR CR
896 1.000 -
321 - 1.000
Dari
contoh diatas bisa kita lihat pentingnya pengkodean dalam suatu sistem. Pentingnya
pengkodean sebagai penggunaan kode yang umum :
a.
Dengan
tepat dapat mewakili sejumlah informasi yang kompleks yang apabila tidak dilakukan
pengkodean akan berantakan.
b.
Menyediakan
sarana akuntabilitas untuk kelengkapan
transaksi yang diproses.
c.
Mengidentifikasi
transaksi dan akun ke dalam satu file.
d.
Mendukun
audit dengan meninggalkan jejak yang efektif.
Skema Pengkodean Numerik dan
Alfabetis
1. Kode
Sekuensial
Kode
Sekuensial mewakili item-item dalam tatanan yang berurutan ( menurun atau
menarik ). Suatu aplikasi yang umum dari kode sekuensial numerik adalah dokumen
sumber yang sudah diberi nomor sebelumnya. Nomor ini menjadi nomor transaksi yang
memungkinkan transaksi melacak setiap transaksi yang di proses dan
mengidentifikasi setiap dokumen yang
hilang atau berada di luar urutan.
Keunggulan : Pengkodean sekuensial
mendukung rekonsiliasi transaksi batch,
seperti pesanan penjualan . jika sistem pemrosesan transaksi mendeteksi setiap
gap dalam urutan transaksi, akan memperingatkan manajemen kemungkinan
kehilangan atau kesalaha penempatan transaksi.
Kelemahan : pengkodean sekuensial tidak
membawa kandungan informasi di luar tatanan dokumen. Misal, sebuah kode
sekuensial untuk suatu item persediaan bahan baku tidak menjelaskan apa-apa
tentang jenis, ukuran, material, dsb. Juga, skema ini sulit diubah penyisipan
suatu item baru pada titik tengah tertentu sehingga memerlukan penomoran
kembali item-item tersebut.
2. Kode
Blok
Kode
Blok (block code) numerik merupakan variasi dari pengkodean sekuensial yang
mengatasi sebagiandari kelemahannya. Pendekatan ini dapat mewakili seluruh item-item
kelas dengan membatasi setiap kelas ke kisaran spesifik dalam skema pengkodean.
Aplikasi yang umum dari pengkodean blok ini adalah pembuatan chart of account
(daftar akun)
Keunggulan : Pengkodean blok memungkinkan
penyisipan kode bari dalam satu blok tanpa harus mengordinasikan kembali
seluruh struktur kode. Misalnya, jika nomor akun biata iklan adalah 626, digit
pertama menunjukan bahwa akun ini adalah akun biaya operasional . ktika jenis
biaya baru muncul, mereka dapat ditambah secara sekuensial dalam 600
klasifikasi akun. Kode 3 digit ini mengakomodasi 100 item individual (x00
sampai x99) dalam setiap blok. Semakin banyak digit dalam kode, semakin banyak
item yang dapat ditempatkan.
Kelemahan : seperti kode sekuensial,kandungan informasi
tidak langsung kelihatan. Misal nomor 611 tidak berarti apa-apa jika tidak
dicocokan dengan daftar akun.
3. Kode
Grup
Kode
grup numerik digunakan untuk mewakili item-item atau peristiwa yang kompleks
yang melibatkan dua atau lebih data yang saling berkaitan. Misal suatu toko
mengkodekansebagai berikut :
Nomor
toko nomor dept nomor item petugas
penjualan
04
09 476214 99
Keunggulan : a. Kode grup memfasilitasi sejumlah besar data
yang berbeda
b.
Kode grup memungkinkan struktur data disajikan dalam bentuk hierarkis yang
bersifat logis dan lebih mudah diingat oleh manusia
c.
Kode grup memungkinkan analisis dan pelaporan yang rinci baik dalam kelas item
maupun pada item-item dari kelas yang
berbeda.
Kelemahan : Karena kode-kode grup dapat dengan efektif
mewakili informasi yang berbeda, mereka cenderung digunakan secara berlebihan. Teradapat
kemungkinan data-data yang tidak saling berkaitan akan dihubungkan semata-mata
karena memang dapat dilakukan.
4. Kode
Alfabetis
Kode
alfabetis dapat digunakan untuk banyak tujuan yang sama seperti kode numerik. Karakter
alfabet dapat ditempatkan secara berurutan atau dapat digunakan dalam teknik
pengkodean blok atau grup.
Keunggulan: Kapasitas untuk mewakili sejumlah besar item
meningkat secara dramatis melalui penggunaan kode alfabetis murni atau karakter
alfabetis yang digabungkan dengan kode numerik (kode alfanumerik).
Kelemahan: a. Sulit merasionalisasi makna kode-kode yang
telah ditetapkan secara sekuensial. B . mensotir record yang dikodekan secara
alfabetis cenderung lebih sulit bagi pemakai.
5. Kode
Mnemonik
Kode
mnemonik adalah karakter alfabetis dalam bentuk akronim dan kombinasi lainnya
yang bermakna.
Keunggulan : Skema kode mnemonik membuat pemakai tidak
perlu mengingat artinya.
Kelemahan : kemampuannya terbatas dalam
mewakili item-item dalam suatu kelas.
B. Sistem
Buku Besar Umum (General Ledger System-GLS)
1. Voucher
Jurnal
Sebuah
voucher jurnal yang dapat digunakan untuk mewakili rangkuman transaksi yang
serupa atau satu transaksi yang unik, mengidentifikasi jumlah keuangan dan akun
buku besar umum yang dipengaruhi. Karena voucher jurnal harus disetujui oleh
manajer yang bertanggung jawab, mereka menyediakan kontrol yang efektif
terhadap jurnal buku besar umum yang tidak diotorisasi.
2. Database
GLS
·
File
Induk buku besar umum. Merupaka file
utama dalam databse GLS. Basis file ini adalah kode daftar akun perusahaan.
·
File
sejarah buku besarumum. Memiliki format sama dengan induk GL. Tujuan utama file
ini adalah untuk mewakili laporan keuangan komparatif dengan basis historis
·
File
voucher jurnal historis. Berisi voucher jurnal untuk periode masa lalu. Informasi
historis ini mendukung tanggung jawab kepengurusan manajemen untuk menghitung
utilisasi sumber daya.
·
File
pusat pertanggungjawaban. Berisi data pendapatan, pengeluaran,dan utilisasi
sumber daya lainnya untuk setiap pusat pertanggungjawaban dalam organisasi.
3. Produk
GLS
Merupakan
rangkuman transaksi dari akun-akun buku besar
pembantu dan jurnal-jurnal khusus yang berlokasi di siklus transaksi.
C. Sistem
Pelaporan keuangan (Financial Reporting System-FRS)
Penerima
utama dari informasi ini adalah pihak eksternal (pemegang saham, pajak).
informasi ini harus disajikan dengan cara-cara sesuai yang diterima umum dan
dipahami oleh pemakai eksternal.
1.
Pemakai
canggih dengan kebutuhan informasi homogen
Karena
komunitas pemakai eksternal yang luas dan kebutuhan yang bervariasi, laporan keuangan
dibuat secara umum. Laporan disiapkan dengan proporsi bahwa pemakai tersebut
terdiri atas pemakai canggih dengan kebutuhan informsai yang relatif homogen. Pemakai
diasumsikan memahami prinsip-prinsip akuntansi.
2.
Aktivitas
FRS (Financial Reporting System)
Input
FRS adalah terdiri atas file induk buku besar umum, file historis buku besar
umum, dan imput langsung dari kelompok pelaporan keuangan.
3.
Proses
Akuntansi Keuangan
FRS
merupakan proses akhir dalam seluruh proses akuntansi keuangan. Proses
akuntansi dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
a.
Mencatat
transaksi
b.
Mencatat
jurnal khusus
c.
Memposkan
ke buku besar pembantu
d.
Memposkan
ke buku besar umum
e.
Menyiapkan
neraca percobaan sebelum penyesuaian
f.
Melakukan
jurnal penyesuaian
g.
Menjurnal
dan memposkan ayat jurnal penyesuaian
h.
Menyiapkan
neraca percobaan setelah disesuaikan
i.
Menyiapkan
laporan keuangan
j.
Menjurnal
dan memposkan ayat jurnal penutup
k.
Menyiapkan
neraca percobaan pasca-penutupan.
D. Mengontrol
General Ledger / Financial reporting System
Kontrol
terhadap GL/FRS berkenaan dengan akurasi dan reliabilitas informasi akuntansi. Eksposur
potensial dalam sistem ini terdiri dari :
1.
Jejak
audit yang detektif
2.
Akses
yang tidak terotorisasi ke buku besar umum
3.
Akun
buku besar umum yang tidak seimbang dengan akun buku besar pembantu
4.
Saldo
buku besar umum yang salah karena voucher jurnal yang salah atau tidak
terotorisasi
Jika tidak dikontrol, ini dapat
menyebabkan laporan –laporan keuangan salah dan menyesatkan pemakai.
Isu-Isu
kontrol GL/FRS
·
Otorisasi
transaksi
·
Pemisahan
tugas
·
Kontrol
akses
·
Catatan
akuntansi
·
Verifikasi
independen
E. Sistem
Laporan Manajemen (Management Reporting System-MRS)
Salah
satu teknik untuk mencapai pengawasan berkelanjutan adalah penggunaan laporan
manajemen secara bijaksana. Suatu pelaporan yang tepat wakt menunjukan
efektivitas manajemen yang mendukung tujuan bisnis organisasi.
1.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi MRS
A. Proses pengambilan keputusan
Langkah-langkah
dalam proses pengambilan keputusan :
-
Mengidentifikasi
masalah
-
Mengevaluasi
solusi alternatif
-
Mengimplementasikan
solusi yang terbaik
-
Melakukan
pemeriksaan pasca implementasi
B. Prinsip-prinsip Manajemen
Prinsip-prinsip
manajemen memberikan wawasan pada kebutuhan informasi manajemen. Prinsip yang
paling langsung mempengaruhi MRS adalah
-
Formalisasi
pekerjaan
-
Pertanggungjawaban
-
Jangkauan
kontrol
-
Manajemen
dengan pengecualian.
C. Fungsi, Level, dan Jenis Keputusan
Manajemen
Fungsi
perencanaan dan fungsi kontrol manajemen secara mendasar mempengaruhi sistem
pelaporan manajemen. Fungsi perencanaan berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang aktivitas-aktivitas yang akan datang dari suatu organisasi. Fungsi
kontrol memastikan bahwa aktivitas-aktivitas tersebut sesuai dengan rencana.
1.
Keputusan
Perencanaan Strategis
Keputusan
ini dilakukan oleh tingkat manajemen paling atas (top management) mengenai hal
tujuan perusahaan, filosofi manajemen, menentukan struktur organisasi, dan
menentukan ruang lingkup aktivitas bisnis. Keputusan perencanaan strategis
memiliki ciri sebagai berikut :
-
Kerangka
waktunya jangka panjang. Karena mereka menangani masa depan para manajer
melakukan pengambilan keputusan strategis yang memerlukan informasi yang
mendukung penaksiran.
-
Memerlukan
informasi yang lebih ringkas. Keputusan terfokus pada trend-tred umum daripada
aktivitas spesifik.
-
Keputusan
biasanya tidak berulang. Keputusan strategis ini biasanya peristiwa satu waktu
-
Keputusan
strategis berkaitan dengan menghadapi ketidakpastian tinggi bergantung pada wawasan
intuisi.
-
Keputusan
ini punya ruang lingkup yang luas dan secara mendasar mempengaruhi perusahaan
-
Keputusan
strategis memerlukan sumber informasi eksternal maupun internal.
2.
Keputusan
Perencanaan Taktis
Keputusan
ini berada di bawah keputusan strategis. Keputusan ini dilakukan oleh manajemen
tingkat menengah (middle manajemen). Jangka waktu keputusan ini pendek, lebih
spesifik,berulang dan hasilnya lebih pasti, dan kurang berpengaruh pada perusahaan
dibandingkan perusahaan strategis.
3.
Keputusan
Kontrol Manajemen
Salah
satu kegiatan dari kontrol mamajemen ini adalah memberikan motivasi para
manajer di semua wilayah untuk menggunakan sumber daya se produktif mungkin. Manajer
yang mengawasi membandingkan kinerja manajer dibawah nya dengan standar-standar
yang sebelumnya telah ditetapkan.
4.
Keputusan
Kontrol Operasional
Kontrol
operasional memastikan bahwa perusahaan berjalan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
Tiga
elemen dasar kontrol operasional :
-
Standar
-
Evaluasi
kinerja
-
Melakukan
tindakan korektif
D. Struktur Masalah
Struktur masalah merefleksikan
seberapa baik pengambil keputusan memahami masalah tersebut. Masalah tidak
terstruktur adalah masalah yang tidak memiliki tekniksolusi yang sesifik. Kebutuhan
data yang tidak pasti, prosedur tidak spesifik, atau tujuan solusi belum
sepenuhnya dikembangkan.
E. Jenis-jenis Laporan Manajemen
1.
Tujuan
Laporan
2.
Laporan
yang Diprogramkan
3.
Atribut
Laporan
4.
Laporan
Khusus
F. Akuntansi Pertanggungjawaban
Setiap peristiwa ekonomi yang
terjadi dan mempengaruhi perusahaan adalah tanggung jawab dan dapat dilacak.
Arus informasi dalam sistem pertanggungjawaban mengalir keatas dan kebawah melalui saluran informasi. Arus ini mewakili beberapa tahap akuntansi
pertanggungjawaban :
1.
Penetapan
tujuan keuangan/ proses anggaran
2.
Pengukuran
dan pelaporan kinerja
3.
Pusat
pertanggungjawaban.
G. Pertimbangan Perilaku
1.
Keserasian
tujuan
2.
Informasi
yang berlebihan
3.
Ukuran
kinerja yang tidak tepat
Daftar Pustaka :
- James A Hall : Accounting Information System